Sunday, September 7, 2014

Boneka Rajut


Suami istri ini selalu mesra, romantis, menjaga dan menyayangi satu sama lain. Tak ada rahasia apapun yang mereka sembunyikan, kecuali sebuah kotak sepatu yang disimpan oleh sang istri di atas lemari pakaian. Ia selalu memperingatkan suaminya agar tidak menyentuhnya sekalipun. Suaminya tak pernah melanggar aturan tersebut. Hingga suatu hari, sang istri jatuh sakit. Sakit keras yang menurut dokter tak bisa disembuhkan. Maka sang suami mengambil kotak itu dan membawanya ke sisi sang istri. Istrinya pun setuju bahwa ini memang sudah waktunya membuka kotak sepatu tersebut. Alangkah terkejutnya sang suami saat menemukan uang sebanyak $ 95000 atau sekitar Rp 950 juta. Lembaran uang kertas tersebut diikat gendut-gendut dengan karet dan di dalamnya juga ada 2 boneka rajut. 
"Dari mana ini, Sayang?" tanya suaminya.
Istrinya pun bercerita, "Saat awal-awal kau menikah denganku," ujarnya. "Nenekku menceritakan rahasia sebuah pernikahan bahagia. Katanya rahasia itu adalah agar aku tidak bertengkar denganmu, jadi aku harus mengendalikan marah," lanjutnya.
Sang istri menceritakan bagaimana ia mengendalikan marah setiap kali suaminya keras kepala atau terasa menyebalkan, "Nenekku bilang kalau aku sudah mulai marah padamu, sebaiknya aku merajut boneka." Mendengar hal itu suaminya paham.
Ia melihat ada dua boneka rajut yang manis di situ, ia sangat terharu karena istrinya sangat sabar. Dalam 60 tahun pernikahan, dia hanya marah dua kali saja. Tapi ia masih penasaran dengan uang sebanyak itu. "Sayang, tapi dari mana uang sebanyak ini? Kau menabung uang belanja kita?" tanya suaminya.
"Oh, itu?" kata sang istri. "Uang itu kudapatkan dari menjual boneka-boneka hasil jahitanku," jawabnya.

Mendengar jawaban itu, bubrah sudah keharuan sang suami. Ternyata uang-uang itu hasil menjual boneka-boneka yang mungkin melambangkan kekesalan yang ditahan istrinya. Entah sudah berapa boneka yang ia buat dan berapa kali amarah yang dipendam istrinya. Tapi ia salut dengan istrinya yang mampu menahan amarah dan tetap sabar.

No comments:

Post a Comment